Rabu, 20 Januari 2016

Kurangnya Kesadaran Berbahasa



Kurangnya Kesadaran Berbahasa

PINANG-Kepala kantor Bahasa  Kepulauan Riau (Kepri), Dwi Sutana  mengatakan kesalahan pengunaan bahasa Indonesia masih banyak terdapat di Kepri. Hal ini terlihat dari banyaknya tempat-tempat umum yang mengunakan bahasa asing.
“kesalahan pengunaan bahasa bisa dilihat dari tempat-tempat umum yang mengunakan bahasa asing, seperti kata No smoking, exit, dan seperti di pelabuhan yang mengunakan kata Welcome bukan kata selamat datang, serta pengunaan bahasa sing dipetunjuk pengunaan obat,” ujarnya saat mengisi kuliah umum di FKIP UMRAH, Selasa(8/12).
Menurut Dwi kesalahan penggunaan bahasa bisa membuat orang binggung. Tidak semua orang mengerti bahasa asing, jadi apabila ditempat umum menggunakan bahasa asing akan membuat pengunjung yang tidak mengerti  salah mengartikannya. Pengunjung bisa saja melakukan hal yang tidak seharus dilakukan. Misalnya  ditempat yang dilarang merokok yang bertuliskan No smoking, tetapi karena tidak mengerti pengunjung merokok ditempat tersebut. Padahal tempat tersebut sangat berbahaya jika merokok.
“Penggunaan bahasa asing bisa membuat jati diri kita hilang, karena bahasa Indonesia merupakan jati diri kita, apabila jati diri kita tidak ada maka kita akan mudah diinjak oleh bangsa lain. Selain itu Bahasa indonesia jugalah yang telah memesatu  bangasa di Indonesia yang terdiri dari beragam budaya dan bahasa,” ujarnya.
Dwi juga mengatakan, penggunaan bahasa asing ditempat umum dan petunjuk aturan pemakaian obat boleh saja, asalkan mengutamakan bahasa Indonesia dan baru dibawahnya atau di sampingnya ditambah bahasa asing supaya tidak membingungkan pengunjung dan pasien.
Menurut Dwi, pengunana bahasa asing juga perlu untuk dikuasai untuk bisa berhubung dengan orang luar dan untuk kepentingan pengetahuan teknologi. Akan tetapi pengunanan bahasa asing dan bahasa daerah harus disesuikan dengan situasi,kondisi, dan lawan bicara kita.
Menurutnya penggunaan bahasa asing akan membuat bangsa Indonesia kurang peduli terhadap bahasanya sendiri, menghilangkan jati diri, serta salah dalam berbahasa.
“kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya bangga terhadap bahasa Indonesia, apalagi bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu dan hanya di Indonesia bahasa merupakan alat pemersatu bangsa,” ujarnya.
Dwi juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk saling kerja sama untuk memperbaiki kesalahan penggunaan bahasa, karena jika hanya kantor bahasa yang menghimbau maka prosesnya akan sangat lama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar