Rabu, 18 November 2015

MIMPI WISUDA GADIS SETERIKA



MIMPI WISUDA GADIS SETERIKA 

Hidup di era yang serba modern ini banyak remaja yang malu untuk berkerja saat berada di bangku sekolah dan perkuliahan. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku bagi  Suci Ramadhia. Gadis yang berumur 21 tahun ini adalah salah satu mahasiswi  Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Tidak seperti remaja seusianya, Dea, begitu Suci Ramadhia biasa disapa, mengisi waktu di sela kesibukan kuliahnya untuk bekerja
Bagi Dea rasa malu tetaplah manusiawi, tapi keinginan untuk  melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membuat dara asli Tarempa ini harus menepisnya jauh-jauh. Kondisi ekonomi orangtuanya yang sederhana merupakan sebuah dilema bagi Dea. Ia hanya mengandalkan ibunya yang berprofesi seorang penjual kue tentu tidak akan sanggup untuk menanggung semua biaya kuliah dan sekaligus biaya sekolah dua orang adiknya. Sebagai anak sulung, Dea bertekad untuk tidak menyerah dan  mampu membantu keluarga secara finansial, setidaknya dengan cara mencukupi kebutuhan pribadinya saat tinggal jauh dari kampong halamannya.
Kerja bukan hal baru bagi Dea. Ia sudah mulai bekerja dan membantu Ibunya sejak sang ayah memutuskan untuk meningalkanya pada usia 7 tahun saat ia duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Ayahnya meninggalkan rumah, praktis ia hanya bersama ibu dan kedua adiknya, Sejak saat itu. Pada usianya yang ketujuh, ia mulai bekerja membantu ibunya berjualan empek-empek, guna memenuhi kebutuhan dan sedikit meringankan beban ibunya.
Ia tidak mengeluh saat harus sekolah sambil berjualan kue-kue buatan ibunya saat bersekolah. Pengalaman pahit dialaminya pada awal berjualan empek-empek. Pemilik kantin sekolah memarahinya di depan teman sekolahnya karena ia lalai dan terambat mengantar dagangan yang seharusnya dijajakan di kantin itu.
Dea kecil kehilangan waktu bermain. Ia merasa sedih, namun itu bukan alasan untuk tidak lagi bekerja membantu ibunya. “ Ada perasaan sedih ketika teman-teman saya mengajak bermain tetapi saya harus bekerja,” katanya, agar dapat melanjutkan pendidikan, saya tidak punya pilihan lain selain tetap bekerja” ujar gadis berhijab ini.
Uang hasil penjualan empek-empek ia setorkan langsung kepada sang ibu untuk dipakai modal membuat dagangan di hari berikutnya. Tidak hanya berjualan empek-empek, saat duduk di kelas 1 SMU Negeri 1 Siantan, Anambas, Dea juga mengambil order setrika pakaian dari guru-gurunya. “Saat itu saya mengerjakan baju dari dua guru dan keluarganya,” kata Dea.
Untuk satu keluarga, Dea menerima upah Rp300 ribu perbulan, pada tahun 2010 silam. Selama tiga tahun menerima order setrikaan, Dea mampun menabung sejumlah uang untuk masuk ke perguruan tinggi, bahkan membeli sebuah komputer jinjing, untuk keperluannya belajar.
“Saya senang bisa beli laptop dari keringat sendiri, padahal itu seharga lima juta rupiah, sangat banyak untuk ukuran keluarga saya,” katanya bercerita.
Pertama kali menginjakkan kaki di Tanjungpinang, Dea diantar oleh ibunya. Ia senang meskipun belum ada jaminan diterima di kampus. Dea mengikuti tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan meminati jurusan teknik di UMRAH.
Ia sempat diterima di Jurusan Teknik Informatika UMRAH tahun 2012, namun ia merasa salah jurusan dan banting setir ke jurusan Bahasa Indonsesia.
“Saya pikir teknik itu gambar-gambar, bikin kartun, ternyata tidak,” ungkapnya polos. Dea yang menjalani masa SMA jauh dari ibukota provinsi itu merasa memperoleh informasi yang kurang memadai.
Masa awal kuliah dijalaninya dengan bekerja menyetrika dan cuci baju. Untuk satu bulan bekerja, ia mendapatkan upah Rp200 ribu perbulan. Uang yang tidak terlalu banyak itu cukup bermanfaat baginya. Dea menggunakan uang itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Saya sekarang bekerja sebagai pencuci pakaian dan tukang setrika pakaian. Saya hanya dibayar 200 ribu perbulan. Sebenarnya uang ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan saya, teapi setidaknya bisa menutupi sedikit kebutuhan pribadi saya dan bisa meringankan sedikit beban ibu saya,” katanya.
Selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, uang hasil pekerjaannya juga digunakan untuk membeli buku-buku pelajaran yang bisa digunakan untuk menjadi acuan menambah wawasannya.
“ Pada awal-awal kuliah saya sangat susah untuk mengatur jadwal bekerja dan kuliah, akan tetapi seiring berjalannya waktu saya bisa mengatasinya. Terkadang ada perasaan marah dan kecewa ketika saat melihat teman-teman saya memiliki orang tua yang utuh dan tidak perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tetapi jika saya melihat anak diusia saya tidak memiliki kedua orang tua dan harus hidup dijalanan saya menjadi sadar bahwa masih banyak orang yang nasibnya lebih buruk dari saya” ujar Dea.
Walaupun bekerja tetapi kuliah tetaplah nomor satu ujar gadis kelahiran Tarempa pada 16 Februari 1994 ini. Dea mengatakan apabila pada saat Ia harus bekerja tetapi juga ada kerja kelompok Ia lebih memilih untuk menunda pekerjaanya terlebih dahulu dan memilih untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.
Kuliah sambil bekerja bukanlah suatu hambatan bagi Dea untuk tidak menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai mahasisiwa. Terkadang memang susah untuk membagi waktu dan pikiran, antara kuliah sambil cari dana sampingan. Namun semua itu dilakukan karena sadar akan kondisi keluarga dan demi meraih cita-cita yang sudah di depan mata.
Meskipun membagi waktu itu sulit, namun hal tersebut bukanlah menjadi penghalang bagi gadis berkulit sawo matang ini untuk mengejar cita-cita nya menjadi seorang guru. Di sela kesibukan  waktu kuliah dan kerja, Alhamdulillah Ia masih bisa mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.10 dengan semangat serta dukungan dari ibunya.
“ Alkhamdulillah, saya masih bisa mendapatkan IPK 3,10 meskipun tidak terlalu tinggi tapi saya sangat bersyukur untuk semua usaha yang saya dapatkan.” Tuturnya.
Diakhir sesi wawancara Dea juga memberikan motivasi kepada teman-teman yang lain.“ teman-teman jangan pernah malu untuk bekerja sambil kuliah selagi pekerjaan yang kita lakukan itu halal dan dapat membantu kita untuk menwujudkan cita-cita kita. (Tugas Liputan Feature, Magang – ISTIQOMAH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar