Museum Tanjungpinang Terlantar 2 Tahun Cagar Budaya
Dibiarkan Hampir Tutup
TANJUNGPINANG- Miris.
Bangunan peninggalan sejarah kolonial Belanda yang terletak di pusat Kota
Tanjungpinang diterlantarkan, Rabu (4/11). Bangunan yang kini dialih fungsikan
menjadi Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah itu tampak kumuh dan tidak
terawat.
“Museum
ini sudah tidak buka kurang lebih hampir 2 tahun lamanya. Sebelumnya bangunan
museum ini sempat mengalami pemugaran, namun pada akhirnya terhenti.” Ujar salah
satu staf museum, A. Rambey memberikan keterangan terkait dengan bangunan museum
yang sudah tidak difungsikan.
Bangunan
ini pernah mengalami perbaikan di beberapa ruangan, namun pengerjaannya
terhenti karena keterbatasaan anggaran. Kini keadaan bangunan terbengkalai, itu
tampak dari rumput-rumput yang dibiarkan tumbuh tinggi tanpa perawatan, lemari-lemari
tersusun kosong tanpa isi, bekas-bekas rembesan air hujan terlihat mengotori
ruangan, dan yang lebih miris lagi, beberapa properti museum seperti meriam
terlihat berkarat dimakan waktu. Bangunan-bangunannya juga dibiarkan rusak
hingga hampir roboh.
Kabid
museum, Meitya Yulianty enggan berkomentar mengenai keadaan bangunan milik
masyarakat yang sudah hampir rusak itu. Bangunan yang seharusnya menjadi sarana
belajar serta cagar budaya ini pada akhirnya dibiarkan hancur perlahan-lahan
tanpa ada yang peduli.
Bangunan
museum terlihat hampir pensiun namun para staf-stafnya masih tampak
beraktifitas. “Kami para staf hanya menikmati gaji buta, karena tidak ada lagi
yang bisa kami lakukan selain berusaha untuk memperjuangkan museum ini agar
tetap terjaga. Pemerintah dan masyarakat seolah-olah menutup mata dan tidak
peduli dengan salah satu aset berharga yang seharusnya kita jaga. Apa yang
bagus dari kota Tanjungpinang ini selain warisan budayanya??!” Ujar salah satu
staf museum yang tidak mau disebutkan namanya.
Menurutnya, peran masyarakat sangat
menentukan keberhasilan dari proses pemugaran museum ini, namun faktanya
masyarakat tidak peduli dengan situs warisan budaya yang ada di Tanjungpinang
ini yang seharusnya dijaga.
“Sebenarnya
ini sudah salah dari awal. Seharusnya pemerintah melibatkan peran masyarakat
dalam melestarikan peninggalan sejarah, sehingga masyarakat mempunyai rasa
memiliki dan kepedulian terhadap museum ini. Contohnya, pemerintah memberikan
fasilitas umum kepada masyarakat, dan pada akhirnya fasilitas tersebut dirusak
sendiri oleh masyarakat. Ini terjadi karena tidak adanya keikutsertaan peran
masyarakat dalam pengupayaan fasilitas umum,” Katanya lagi.
Dia
juga mengatakan bahwa museum ini terbengkalai karena tidak adanya respon dari
masyarakat untuk menunjukkan kepedulian mereka. Terbukti bahwa selama dua tahun
ini tidak ada upaya dari masyarakat untuk mempertahankan museum yang menjadi
aset utama Kota Tanjungpinang, dengan melakukan aksi unjuk rasa atau protes
melawan sikap pemerintah yang hanya mengatakan anggaran defisit setiap kali
disinggung masalah dana.
“Perbaikan
museum ini membutuhkan peran masyarakat sebagai pioner utama terwujudnya
keinginan kami. Kami sudah berkali-kali mengajukan proposal untuk pemugaran
musem, namun tidak ada respon dari pemerintah sedikit pun. Mereka malah memutar
balikkan fakta, dan ini tidak sesuai dengan realita yang ada. Padahal museum
ini merupakan salah satu sarana belajar bagi masyarakat tentang sejarah Kota
Tanjungpinang.” Tuturnya menutup akhir pembicaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar