Rabu, 18 November 2015

Museum Tanjungpinang Terlantar 2 Tahun Cagar Budaya Dibiarkan Hampir Tutup



Museum Tanjungpinang Terlantar 2 Tahun Cagar Budaya Dibiarkan Hampir Tutup

TANJUNGPINANG- Miris. Bangunan peninggalan sejarah kolonial Belanda yang terletak di pusat Kota Tanjungpinang diterlantarkan, Rabu (4/11). Bangunan yang kini dialih fungsikan menjadi Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah itu tampak kumuh dan tidak terawat.

“Museum ini sudah tidak buka kurang lebih hampir 2 tahun lamanya. Sebelumnya bangunan museum ini sempat mengalami pemugaran, namun pada akhirnya terhenti.” Ujar salah satu staf museum, A. Rambey memberikan keterangan terkait dengan bangunan museum yang sudah tidak difungsikan.

Bangunan ini pernah mengalami perbaikan di beberapa ruangan, namun pengerjaannya terhenti karena keterbatasaan anggaran. Kini keadaan bangunan terbengkalai, itu tampak dari rumput-rumput yang dibiarkan tumbuh tinggi tanpa perawatan, lemari-lemari tersusun kosong tanpa isi, bekas-bekas rembesan air hujan terlihat mengotori ruangan, dan yang lebih miris lagi, beberapa properti museum seperti meriam terlihat berkarat dimakan waktu. Bangunan-bangunannya juga dibiarkan rusak hingga hampir roboh.

Kabid museum, Meitya Yulianty enggan berkomentar mengenai keadaan bangunan milik masyarakat yang sudah hampir rusak itu. Bangunan yang seharusnya menjadi sarana belajar serta cagar budaya ini pada akhirnya dibiarkan hancur perlahan-lahan tanpa ada yang peduli.

Bangunan museum terlihat hampir pensiun namun para staf-stafnya masih tampak beraktifitas. “Kami para staf hanya menikmati gaji buta, karena tidak ada lagi yang bisa kami lakukan selain berusaha untuk memperjuangkan museum ini agar tetap terjaga. Pemerintah dan masyarakat seolah-olah menutup mata dan tidak peduli dengan salah satu aset berharga yang seharusnya kita jaga. Apa yang bagus dari kota Tanjungpinang ini selain warisan budayanya??!” Ujar salah satu staf museum yang tidak mau disebutkan namanya.

            Menurutnya, peran masyarakat sangat menentukan keberhasilan dari proses pemugaran museum ini, namun faktanya masyarakat tidak peduli dengan situs warisan budaya yang ada di Tanjungpinang ini yang seharusnya dijaga.

“Sebenarnya ini sudah salah dari awal. Seharusnya pemerintah melibatkan peran masyarakat dalam melestarikan peninggalan sejarah, sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki dan kepedulian terhadap museum ini. Contohnya, pemerintah memberikan fasilitas umum kepada masyarakat, dan pada akhirnya fasilitas tersebut dirusak sendiri oleh masyarakat. Ini terjadi karena tidak adanya keikutsertaan peran masyarakat dalam pengupayaan fasilitas umum,” Katanya lagi.

Dia juga mengatakan bahwa museum ini terbengkalai karena tidak adanya respon dari masyarakat untuk menunjukkan kepedulian mereka. Terbukti bahwa selama dua tahun ini tidak ada upaya dari masyarakat untuk mempertahankan museum yang menjadi aset utama Kota Tanjungpinang, dengan melakukan aksi unjuk rasa atau protes melawan sikap pemerintah yang hanya mengatakan anggaran defisit setiap kali disinggung masalah dana.

“Perbaikan museum ini membutuhkan peran masyarakat sebagai pioner utama terwujudnya keinginan kami. Kami sudah berkali-kali mengajukan proposal untuk pemugaran musem, namun tidak ada respon dari pemerintah sedikit pun. Mereka malah memutar balikkan fakta, dan ini tidak sesuai dengan realita yang ada. Padahal museum ini merupakan salah satu sarana belajar bagi masyarakat tentang sejarah Kota Tanjungpinang.” Tuturnya menutup akhir pembicaraan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar